Setelah sampai di Banyumas pada malam harinya, kami tak
melakukan banyak hal. Karena kami sudah sampai di dataran yang lebih rendah,
kami langsung membersihkan badan dan pakaian kami yang sudah basah dan dipenuhi
oleh tanah. Dikarenakan kami sudah sempat makan di dekat UNSOED, disana pun
kami tetap dijamu dengan makanan tapi karena kondisi perut masih kenyang, kami
tidak makan terlalu banyak. Dan setelah itu, kami pun tidur di tempat yang
telah disediakan, di kediaman Mbah Tamsi.
Keesokan harinya pun, kami bangun sekitar jam 6 pagi dengan
kondisi badan yang masih kurang enak dan terasa masih sangat pegal, ya sisa
dari pendakian di hari kemarin. Saat bangun pun, kami langsung disuguhkan teh,
sesuatu yang tidak terduga oleh saya karena disini kami benar – benar
diistimewakan. Sampai waktu sekitar jam 08.30 lah kami baru keluar dari
kediaman Mbah Tamsi, dan berhubung di dekat kediaman Mbah Tamsi ada seperti
aliran air yang lumayan besar, dan kebetulan airnya jernih, kamipun memutuskan
untuk membilas pakaian – pakaian kami supaya tanahnya tidak keburu kering
ketika sampai rumah nanti, sekaligus bermain air di aliran tersebut.
Nampaknya kami sangat bahagia bermain air, sesuatu yang
tidak kami dapatkan ketika kami berada di ketinggian. Kami menyelam, berjalan,
berfoto, dan segalanya di atas air, sampai waktu menunjukan sekitar pukul 10.30
dan kami memutuskan untuk menyudahi aktivitas kami di dalam air dan kemudian
menjemur pakaian dan peralatan kami yang sudah dicuci tadi. Dan berhubung kami
belum sarapan, setelah menjemur pakaian pun, kami sarapan terlebih dahulu untuk
mengisi perut yang sudah sedari tadi demo minta diisi. Setelah kami makan, kami
mandi untuk persiapan Shalat Jumat karena hari itu bertepatan dengan hari Jumat
yang mengharuskan kami sebagai laki – laki muslim harus melaksanakannya.
Sampai setelah shalat Jumat pun tak banyak yang kami
lakukan, kami hanya bersantai berhubung semuanya telah selesai. Di sekitar jam
1430 an saya ditelfon Om Adi untuk datang ke sungai yang tadi sudah saya
gunakan untuk mandi, dan sesampainya disana ternyata sudah tersedia kelapa yang
sudah dipetik dan akan kami minum, begitu segarnya sore itu. Tetapi, di malam
hari kami bertolak menuju alun – alun Banyumas untuk berjumpa dengan kak Lia,
salah satu kakak kelas kami di sekolah yang sudah lulus 2017 lalu dan kemudian
melanjutkan studi di Fakultas Teknik UNSOED yang terletak di Purbalingga. Kami
berjanji dengan kak Lia untuk bertemu jam 21.00 di alun – alun, tetapi
berhubung kak Lia adalah seorang mahasiswi, hal itu mengakibatkan kak Lia
terlambat datang sekitar 45 menit dari waktu yang telah ditentukan.
Karena hubungan kami berempat cukup dekat dengan kak Lia,
membuat kami berbincang dengannya pun sangat lancar, kami saling bercerita
tentang kehidupan yang dijalani setelah lama tidak bertemu. Kami bercerita
tentang pendakian kami, kak Lia pun begitu bercerita tentang kehidupan masa
kuliahnya selama ini, dan karena kak Lia lebih pengalaman dari kami, Ia juga
memberi nasihat kepada kami apa yang harus kami lakukan jika nantinya telah
lulus dari SMA. Sambil berbincang dengan kak Lia ditemani segelas wedang jahe,
dan waktu tidak terasa menunjukkan pukul 23.30 dan kami pun pamit dengan kak
Lia, begitupun kak Lia yang juga pamit dengan kami.
Lalu, esok harinya ketika jam sudah menunjukkan angka 5,
kamipun ikut dengan keluarga besar Om Adi untuk bertolak menuju Candi
Borobudur, ya candi budha terbesar. Kami berangkat sekitar 35 an orang dengan
kendaraan 2 unit elf yang sudah kami sewa. Perjalanan dimulai pukul 5 dan
sampai di Candi Borobudur sekitar jam 08.30 dengan kondisi Borobudur yang
sangat ramai sekali dengan manusia.
Sehabis itu kami semua masuk ke kawasan candi dengan
berjalan kaki, kemudian berfoto ria disana, khusus kami berempat, kami sekalian
menikmati Merbabu, Merapi, dan Sumbing di kejauhan sana. Sayangnya Sindoro
tidak terlihat karena tertutup dengan Gunung Sumbing. Sampai di Borobudur
sekitar jam 13, kemudian kami langsung keluar dan menuju destinasi berikutnya,
yaitu Goa Jatijajar yang terletak di Kebumen.
Namun, mungkin karena belum makan siang, di tengah
perjalanan Ridwan kembali merasa tidak enak dengan isi perutnya, dan kemudian
setelah turun dan persis di depan rumah makan, Ridwan kembali menegluarkan isi
perutnya. Benar – benar perjalanan yang sangat tidak nyaman untuk Ridwan kali
ini. Setelah makan perjalanan berlanjut dan samapi di goa Jatijajar sekitar
16.45, dan kondisi Goa sepi, karena sudah mau tutup, tapi kami masih sempat
melihat – lihat isinya.
Di dalam Goa kondisinya sangat rapih, sudah dilapisi
keramik, terdapat relief – relief yang sepertinya anggota kerajaan dengan
beberapa monyet yang sedang bertarung, saya kurang mengerti tentang siapa
relief ini bercerita, hanya itu yang dapat saya simpulkan. Di dalam Goa juga
terdapat aliran sungai bawah tanah yang katanya tidak akan kering walaupun
terjadi kemarau panjang.
Sekitar tepat adzan maghrib lah kami sudah di dalam elf
untuk kembali ke Banyumas dengan penuh cerita hari itu. Lalu, malam itu kami
tidur lebih awal karena esok, adalah hari dimana penjelajahan kami selesai, ya
30 Desember 2018.
Paginya kami bangun jam 04.00, dan saya langsung meminta
semuanya untuk mandi, tapi tidak dengan Reynaldy, Ia bersikukuh tidak ingin
mandi, entah apa alasannya. Setelah semua rapih, sudah mandi, sudah sarapan,
dan tak ada barang yang tertinggal, kami berfoto dengan keluarga disana yang
sudah sangat bersedia menampung kami yang merepotkan, tentu saja foto itu akan
kami berempat kenang, karena jujur, keluarga disana jugag kurang rela saya
pulang hari itu, mereka pikir kami akan pulang setelah malam tahun baru, dan
merayakan tahun baru disana.
Yasudah, pukul 06.20 kami diantar menggunakan mobil ke
Stasiun Kroya karena kereta kami akan berangkat pukul 07.25. Dan itu benar –
benar momen terakhir kami dengan keluarga di Banyumas, keluarga yang sangat
amat baik. Kemudian kereta datang, kami masuk, dan bertolak menuju Jakarta
kembali. Jam 17.20 kami sampai di stasiun Jatinegara, dan menggunakan KRL untuk
melanjutkan perjalanan, Reynaldy yang menuju stasiun Pasar Minggu, Ridwan dan
Kemal ke Stasiun Kebayoran, dan saya menuju stasiun Rawa Buntu. Dan setelah
itu, perjalanan 5 hari kami, tandanya telah usai.
Keluarga yang amat - amat baik, yang ingin menjamu kamu. TERIMA KASIH |
Sekali lagi, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dari
perjalanan kali ini, dan tentang menuntaskan sebuah perjalanan adalah sebuah
kewajiban, tapi ingat setelah perjalanan itu selesai semua itu hanya akan jadi
kenangan yang sangat indah jika diingat. Dan kalau memang diberi kesempatan
lagi, kami berempat pun ingin sekali berkunjung ulang ke Banyumas untuk
menuntaskan, bukan menuntaskan perjalanan kami, tapi menuntaskan kerinduan
kami. Pada akhirnya, seperrti yang saya bilang di awal cerita. Perjalanan jauh akan membuat kalian tahu siapa teman kalian yang sesungguhnya, begitupun kami. Kami saling tahu kekuatan kami, kelemahan kami, sifat kami, dan tentu saja bau kentut kami. Dan di antara perbedaan - perbedaan itulah yang menjadi kekuatan dan menuntut kami untuk saling mengerti
Oke sekian dulu cerita kali ini, jika kalian cerita ini
layak dibaca oleh orang banyak kalian boleh menyebarkanya ke siapapun, dan jika
ada kritik untuk penulisan saya, silahkan jabarkan di kolom komentar dengan
bahasa yang santun dan sopan. Syahdan, sekian.
Tetap terpelajar,
Tetap terpelajar,
-Imam Panji