Selasa, 01 Januari 2019

Perjalanan Akhir Tahun #2

Saya percaya, apapun itu harus dibayar tuntas. Termasuk perjalanan yang harus diselesaikan, lalu jadi kenangan.

Setelah sampai di Banyumas pada malam harinya, kami tak melakukan banyak hal. Karena kami sudah sampai di dataran yang lebih rendah, kami langsung membersihkan badan dan pakaian kami yang sudah basah dan dipenuhi oleh tanah. Dikarenakan kami sudah sempat makan di dekat UNSOED, disana pun kami tetap dijamu dengan makanan tapi karena kondisi perut masih kenyang, kami tidak makan terlalu banyak. Dan setelah itu, kami pun tidur di tempat yang telah disediakan, di kediaman Mbah Tamsi.

Keesokan harinya pun, kami bangun sekitar jam 6 pagi dengan kondisi badan yang masih kurang enak dan terasa masih sangat pegal, ya sisa dari pendakian di hari kemarin. Saat bangun pun, kami langsung disuguhkan teh, sesuatu yang tidak terduga oleh saya karena disini kami benar – benar diistimewakan. Sampai waktu sekitar jam 08.30 lah kami baru keluar dari kediaman Mbah Tamsi, dan berhubung di dekat kediaman Mbah Tamsi ada seperti aliran air yang lumayan besar, dan kebetulan airnya jernih, kamipun memutuskan untuk membilas pakaian – pakaian kami supaya tanahnya tidak keburu kering ketika sampai rumah nanti, sekaligus bermain air di aliran tersebut.

Nampaknya kami sangat bahagia bermain air, sesuatu yang tidak kami dapatkan ketika kami berada di ketinggian. Kami menyelam, berjalan, berfoto, dan segalanya di atas air, sampai waktu menunjukan sekitar pukul 10.30 dan kami memutuskan untuk menyudahi aktivitas kami di dalam air dan kemudian menjemur pakaian dan peralatan kami yang sudah dicuci tadi. Dan berhubung kami belum sarapan, setelah menjemur pakaian pun, kami sarapan terlebih dahulu untuk mengisi perut yang sudah sedari tadi demo minta diisi. Setelah kami makan, kami mandi untuk persiapan Shalat Jumat karena hari itu bertepatan dengan hari Jumat yang mengharuskan kami sebagai laki – laki muslim harus melaksanakannya.
Bidadara Kayangan

Sampai setelah shalat Jumat pun tak banyak yang kami lakukan, kami hanya bersantai berhubung semuanya telah selesai. Di sekitar jam 1430 an saya ditelfon Om Adi untuk datang ke sungai yang tadi sudah saya gunakan untuk mandi, dan sesampainya disana ternyata sudah tersedia kelapa yang sudah dipetik dan akan kami minum, begitu segarnya sore itu. Tetapi, di malam hari kami bertolak menuju alun – alun Banyumas untuk berjumpa dengan kak Lia, salah satu kakak kelas kami di sekolah yang sudah lulus 2017 lalu dan kemudian melanjutkan studi di Fakultas Teknik UNSOED yang terletak di Purbalingga. Kami berjanji dengan kak Lia untuk bertemu jam 21.00 di alun – alun, tetapi berhubung kak Lia adalah seorang mahasiswi, hal itu mengakibatkan kak Lia terlambat datang sekitar 45 menit dari waktu yang telah ditentukan.
Yang Dua dan Besar itu Lebih Baik

Sruput Gan

Penari Piring

Karena hubungan kami berempat cukup dekat dengan kak Lia, membuat kami berbincang dengannya pun sangat lancar, kami saling bercerita tentang kehidupan yang dijalani setelah lama tidak bertemu. Kami bercerita tentang pendakian kami, kak Lia pun begitu bercerita tentang kehidupan masa kuliahnya selama ini, dan karena kak Lia lebih pengalaman dari kami, Ia juga memberi nasihat kepada kami apa yang harus kami lakukan jika nantinya telah lulus dari SMA. Sambil berbincang dengan kak Lia ditemani segelas wedang jahe, dan waktu tidak terasa menunjukkan pukul 23.30 dan kami pun pamit dengan kak Lia, begitupun kak Lia yang juga pamit dengan kami.

Hayuuuu

Lalu, esok harinya ketika jam sudah menunjukkan angka 5, kamipun ikut dengan keluarga besar Om Adi untuk bertolak menuju Candi Borobudur, ya candi budha terbesar. Kami berangkat sekitar 35 an orang dengan kendaraan 2 unit elf yang sudah kami sewa. Perjalanan dimulai pukul 5 dan sampai di Candi Borobudur sekitar jam 08.30 dengan kondisi Borobudur yang sangat ramai sekali dengan manusia.

Sehabis itu kami semua masuk ke kawasan candi dengan berjalan kaki, kemudian berfoto ria disana, khusus kami berempat, kami sekalian menikmati Merbabu, Merapi, dan Sumbing di kejauhan sana. Sayangnya Sindoro tidak terlihat karena tertutup dengan Gunung Sumbing. Sampai di Borobudur sekitar jam 13, kemudian kami langsung keluar dan menuju destinasi berikutnya, yaitu Goa Jatijajar yang terletak di Kebumen.
4 Serangkai

Hiyaaa

Oppaaaaa

Dilan, Milea

Namun, mungkin karena belum makan siang, di tengah perjalanan Ridwan kembali merasa tidak enak dengan isi perutnya, dan kemudian setelah turun dan persis di depan rumah makan, Ridwan kembali menegluarkan isi perutnya. Benar – benar perjalanan yang sangat tidak nyaman untuk Ridwan kali ini. Setelah makan perjalanan berlanjut dan samapi di goa Jatijajar sekitar 16.45, dan kondisi Goa sepi, karena sudah mau tutup, tapi kami masih sempat melihat – lihat isinya.

Di dalam Goa kondisinya sangat rapih, sudah dilapisi keramik, terdapat relief – relief yang sepertinya anggota kerajaan dengan beberapa monyet yang sedang bertarung, saya kurang mengerti tentang siapa relief ini bercerita, hanya itu yang dapat saya simpulkan. Di dalam Goa juga terdapat aliran sungai bawah tanah yang katanya tidak akan kering walaupun terjadi kemarau panjang.
Sekitar tepat adzan maghrib lah kami sudah di dalam elf untuk kembali ke Banyumas dengan penuh cerita hari itu. Lalu, malam itu kami tidur lebih awal karena esok, adalah hari dimana penjelajahan kami selesai, ya 30 Desember 2018.
Pintu Masuk

Salah Satu Patung di Dalam Goa

Paginya kami bangun jam 04.00, dan saya langsung meminta semuanya untuk mandi, tapi tidak dengan Reynaldy, Ia bersikukuh tidak ingin mandi, entah apa alasannya. Setelah semua rapih, sudah mandi, sudah sarapan, dan tak ada barang yang tertinggal, kami berfoto dengan keluarga disana yang sudah sangat bersedia menampung kami yang merepotkan, tentu saja foto itu akan kami berempat kenang, karena jujur, keluarga disana jugag kurang rela saya pulang hari itu, mereka pikir kami akan pulang setelah malam tahun baru, dan merayakan tahun baru disana.

Yasudah, pukul 06.20 kami diantar menggunakan mobil ke Stasiun Kroya karena kereta kami akan berangkat pukul 07.25. Dan itu benar – benar momen terakhir kami dengan keluarga di Banyumas, keluarga yang sangat amat baik. Kemudian kereta datang, kami masuk, dan bertolak menuju Jakarta kembali. Jam 17.20 kami sampai di stasiun Jatinegara, dan menggunakan KRL untuk melanjutkan perjalanan, Reynaldy yang menuju stasiun Pasar Minggu, Ridwan dan Kemal ke Stasiun Kebayoran, dan saya menuju stasiun Rawa Buntu. Dan setelah itu, perjalanan 5 hari kami, tandanya telah usai.
 
Keluarga yang amat - amat baik, yang ingin menjamu kamu. TERIMA KASIH



Sekali lagi, banyak sekali pelajaran yang saya dapatkan dari perjalanan kali ini, dan tentang menuntaskan sebuah perjalanan adalah sebuah kewajiban, tapi ingat setelah perjalanan itu selesai semua itu hanya akan jadi kenangan yang sangat indah jika diingat. Dan kalau memang diberi kesempatan lagi, kami berempat pun ingin sekali berkunjung ulang ke Banyumas untuk menuntaskan, bukan menuntaskan perjalanan kami, tapi menuntaskan kerinduan kami. Pada akhirnya, seperrti yang saya bilang di awal cerita. Perjalanan jauh akan membuat kalian tahu siapa teman kalian yang sesungguhnya, begitupun kami. Kami saling tahu kekuatan kami, kelemahan kami, sifat kami, dan tentu saja bau kentut kami. Dan di antara perbedaan - perbedaan itulah yang menjadi kekuatan dan menuntut kami untuk saling mengerti

Oke sekian dulu cerita kali ini, jika kalian cerita ini layak dibaca oleh orang banyak kalian boleh menyebarkanya ke siapapun, dan jika ada kritik untuk penulisan saya, silahkan jabarkan di kolom komentar dengan bahasa yang santun dan sopan. Syahdan, sekian.

Tetap terpelajar,

-Imam Panji