Selasa, 18 April 2017

Namanya Juga Jakarta, Malah Diklakson 😈

Hei ho, Pagi ? Siang ? Sore ? Malam ? Abaikan – abaikan, sekarang tanggal 18 jadi apa kabar ? Baik kah ? Atau harus ada yang dibebenah ? Malam ini, malam – malam terakhir di musim hujan sepertinya, dan sekitar 1 bulan an menuju Ramadhan bagi yang muslim. Alhamdullillah, hari ini masih diberikan kesempatan keluar dari rumah make si ganteng dan pulang lagi ke rumah dengan motor yang sama dengan berangkat. Udah mandi, shalat, makan, dan lengkap, kemudian juga bersyukur masih bisa liat kedua orang tua dan adek – adek gua yang sama – sama cantik tentunya. Ada apa kali ini ? Dongeng ? Puisi ? Cerpen ? Kenapa, kepo ya ? Kita liat di bawah ini langsung.

Selasa, 18 April 2017, diawali seperti biasa tapi ada saja kejadian yang tidak mengenakan hati. Seperti biasa aja, gua bangun agak telat tadi pagi sekitar jam 04.55 dan langsung panik karena terlalu telat bangun, langsung mandi dan selesai semuanya kemudian berangkat jam 05.32 dengan suasana langit yang membiru bersama jingganya, nampaknya matahari akan menampakkan dirinya kembali hari ini. Sampai sekolah jam 06.20 (untung ga telat), langsung belajar tapi harus keluar kelas jam 08.00 – 12.00 karena ada persiapan lomba paskibra bulan Mei nanti, DOAKAN GAES. Setelah isoma sekitar jam 12.45 gua masuk kelas lagi untuk belajar di sisa pelajaran yang ada, kebetulan MTK dan PKN (ingat bu Sarmaini ? Hehe, Kisah Bu Sarmaini disini sob). Setelah itu pulang sekolah jam 15 seperti biasa didahului harus mengumpulkan tugas biologi ke pak Basuki dulu. Anak IPS belajar  biologi ? Ga haram gaes tenang aja

Setelah keluar dari kelas kebanggan yaitu X IPS 4, seperti biasa juga sebagian dari Harta, Tahta yang naik motor pulang barengan, tadi ada gua, Iqbal, Aa, Mas Mul, Ue, Yoga, dan Jastin. Sampe puteran Pondok Indah, Iqbal harus misah duluan karena dia satu – satunya yang arah rumahnya beda yaitu di Manggarai. Sisanya lanjut pulang lewat jalan Pinang Emas untuk menuju jalan H. Muhi, kami emang lewat situ setiap hari untuk pulang ke rumah masing – masing. Sampe di Jalan H. Muhi Aa dan Jastin ngilang dari jalan, kayaknya nganter ke rumah Jastin makanya beda jalur. Galama dari situ kok udah ada mobil berjejer nih, behayhay, pertanda buruk ini. Jadi jalan Muhi itu cuma jalanan kecil yang muat 2 mobil aja, dan itu kalo dari arah Pondok Pinang bisa tembus ke Jalan RC. Veteran dan itu emang tujuannya. Dari Muhi masuk ke Jalan Melati (yang disini terdapat rumahnya Aa) kemudian galama Mul misah karena udah deket dari rumahnya jadi beda jalan. Jadi tersisa gua, Ue, dan Yoga dimana gua adalah orang yang paling jauh rumahnya.

Nah ini gaes, keluar dari Jalan Melati kita tembus ke jalan RC Veteran yang udah crowded banget, dan itu kenapa gua kasih judul ini pos “Namanya Juga Jakarta, Malah Diklakson”. Gabiasanya ini jalan semacet ini, dan baru kali ini. Di jalan situ emang terdapat 2 pertigaan yang ada 5 lampu merah dan ini jadi salah satu bahan yang diklakson in sama pengguna jalan yang lain. Jadi kalo lampu udah mau berubah dari kuning ke hijau itu pasti “tin, tin , tin, telolet, telolet” parah dah, sebenernya gua bukan tipe pengendara yang suka mainin klakson tapi karena gua risih sama bunyi klakson – klakson receh akhirnya gua mainin juga klakson gua kan, ancur dah tu pokoknya saut – saut an udah kayak lomba siul burung. Padahal gaada salahnya sabar nunggu yang depan jalan dulu, itu udah kayak bakal jadi lampu hijau terakhir aja, padahal juga kalo lampu merah suka diterobos. Kalo urusan gua ga suka mainin klakson karena emang pada dasarnya rumah gua jauh dari jalan raya yang punya lampu merah, apalagi sama yang namanya macet, gaada istilah. Paling deket gua kena macet dari rumah ya paling di depan UNPAM itu juga karena banyak anak kuliah yang keluar masuk kampus atau bahkan wisuda dan itu juga ga setiap hari. Yaudah berhasil lewat dari kerumunan macet dan klakson akhirnya Ue dan Yoga memutuskan belok kiri lewat Jln. Perdagangan dan gua tetap lurus melanjutkan perjalanan sore itu. Akhirnya sampai rumah sekitar jam 16 an yang sampai nulis ini udah gua selingi beberapa kegiatan yang daritadi gua lakukan pastinya. Oh iya, jangan lupa bagi yang udah punya hak untuk memilih Gubernur DKI silahkan digunakan hak pilihnya jangan sampai GOLPUT. Hidup itu pilihan termasuk Gubernur juga, jadi pilih yang menurut kalian bisa membangun Jakarta dan khususnya dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan macet dan banjir ibukota. Tapi, jika beda yang dipilih toleransi harus tetap dijunjung tinggi – tinggi ya gaes.

Kenapa gua nulis pos ini karena menurut gua ini ada hikmahnya yang sangat berarti. Maksudnya, kenapa banyak orang yang main klakson saat di jalan RC Veteran, mereka gasabar, sebenernya gabaik kan juga udah dijelasin juga di Surat Al Baqarah ayat 153 bahwa Allah beserta orang – orang yang sabar kan. Jadi, sabar itu juga perlu, walau banyak orang yang bilang sabar itu ada batasnya. Jadi orang juga janga terlalu mentingin diri sendiri maunya buru – buru aja gamikirin pengguna jalan yang lain. Kalo bawa kendaraan toh jangan sekedar pake helm bawa surat – surat lengkap merasa aman aja gitu, toh kita di jalan gasendiri banyak orang juga, kalo kita salah sedikit aja bisa jadi orang lain jadi korban kita kan. Jadi, buat kalian – kalian yang bawa kendaraan lebih berhati – hati dan jangan egois, bagi yang belum memiliki SIM seperti gua juga, akui saja memang bahwa gabawa SIM itu udah salah, tapi jangan pernah nambah kesalahan lagi di jalan selain tidak mempunyai SIM ya seperti menorobos lampu lalu lintas atau bahkan mengambil hak pejalan kaki, gua yakin semua pembaca blog gua bisa jadi orang baik dan orang yang membanggakan pastinya. Sudah ya ? Itu saja.

Udah lama juga gua ga kasih pertanyaan ke kalian nih, jadi pertanyaan hari ini balik lagi, pelajaran Sejarah aja deh ya ?

Sebutkan salah satu kerajaan Islam yang berkembang di Indonesia !


Jawab di kolom komentar ya sob.

Rabu, 05 April 2017

Yang Kembar Saja Kudaki : Gunung Sumbing

Hey Bro, Sis. Apa kabar ? Sorry nih sob baru bisa pos hari ini, padahal niatnya pengen pos pekan lalu tapi terkendala karena ada UTS yang harus gua hadapi dulu. Jadi, gua share sekarang aja nih sob. Tentang trip gua ke Gunung Sumbing - Sindoro tanggal 24-28 Maret 2017 kemarin. Tapi, di pos ini gua bakal bahas perjalanan di Gunung Sumbing duluan, baru pos selanjutnya di Gunung Sindoro. Langsung ? Langsung sampingin.

Jadi, awalnya itu dari akhir bulan Januari 2017, bokap kasih tau ada open trip ke Gunung Double S ini (begitu biasa disebut sama pendaki). Kalo Triple S ditambah sama Gunung Slamet..... Okee oke kalo Slamet ceritanya kapan - kapan kalo udah kesana.

Perlu kalian ketahui sedikit tentang Gunung ini. Gunung Sumbing adalah gunung api yang terdapat di Jawa Tengah, Indonesia. Berdiri tegak setinggi 3.371 meter di atas permukaan laut, gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet. Gunung ini secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Bersama dengan Gunung Sindoro Gunung Sumbing membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Merbabu apabila dilihat dari arah Temanggung. Celah antara gunung ini dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan kota Temanggung dan kota Wonosobo. Jalan ini biasa dijuluki sebagai "Kledung Pass".
Dan itu kenapa gua sebut ini sebagai Gunung Kembar. Langsung aja kita mulai.

24 Maret 2017

Sip, jadi total pesertanya adalah 12 orang. 9 orang di antaranya adalah orang yang belum gua kenal, karena 3 orangnya adalah gua sendiri, bokap, dan si kampret. Ketemu 9 orang itu gua rasa gua bakal dapet keluarga baru. Meeting point jam 15.00 di terminal Kp. Rambutan gua berangkat dari Bintaro abis Shalat Jum'at bersama bokap dan AA. Sekitar jam 13.30 gua bertiga udah sampe di Kp. Rambutan dan belom ada siapa - siapa. Satu - satu semua dateng dan berkenalan, Mba Fitri, Bang Eko, Bang Alvin, Bang Alif, Bang Bahrun (Leader), Bang Condet (Leader), Nindy, Yoshel. Jam 15.30 semua udah ada dan mulai masuk bus yang rencananya berangkat jam 16.00, kecuali Bang Mukhlis yang saat itu telat karena dari kerjaan dulu. Tapi untungnya Bang Mukhlis ga ketinggal bus karena Alhamdulillah On Time. Semua udah kumpul dan bus berangkat jam 16.30.

25 Maret 2017

Singkat cerita kita sampai di Wonosobo jam 8 pagi, padahal estimasinya sampai sana jam 03.00 / 04.00. Langsung turun dari bus + siap - siap menuju Basecamp Garung, jam 09.30 mulai otw ke Basecamp Garung dan sampai sana jam 11.30 karena dalam perjalanan kita harus beberapa kali berhenti ke pasar dan minimarket. FYI, Garung adalah desa terakhir sebelum melakukan pendakian di Sumbing via Garung. Sampai di Basecamp kita langsung urus perizinan, repacking dan bersih - bersih. Start mendaki dari Basecamp setelah Shalat Dzuhur, dari Basecamp kita mutusin naik ojek yang emang tersedia di Basecamp dengan biaya Rp. 25.000 sampai Pos 1. Sekitar 10 menit kita sampai pos 1, kalo saran gua kalo mau mendaki Gunung Sumbing pas naiknya kalo bisa naik ojek aja, karena kalau jalan kaki bisa 2 - 3 jam tergantung kecepatan jalan lu. Jam 13.00 sampe di pos 1 dan dilakuin brifing sama bang Bahrun dulu sebagai leader, abis itu kita start pendakian target sampe PESTAN, diperjanan pendakian kita mulai saling kenal, saling nyatu dan suasana udah mulai cair yang awalnya diem - diem an. 2 jam jalan kita sampe di Pos 2 "Genus", istirahat sebentar sebelum lanjut, ok hal yang tidak kita inginkan datang, di pos 2 hujan turun yang memaksa kita harus make jas hujan dan dihadapi jalan yang pastinya licin. 30 menit jalan dari pos 2 tim sampai di "Engkol - engkolan", jalan ini sesuai dengan penamaannya karena di engkol - engkol an sendiri itu adalah jalan yang kemiringannya sekitar 70-80 derajat sepanjang 100 meter, karena kondisi hujan jadi bener aja, kita ngengkol jalan disitu. Agak kesusahan emang karena menurut gua di pendakian Sumbing ini jalur yang paling the best pokoknya. Di tengah jalan ternyata sesuatu yang tidak diingikan terjadi lagi NINDY KERAM. Oh ini salah satu yang harus dihindari sama pendaki selain hipotermia.

Akhirnya, kita mutusin mendaki sampe pos 3 aja tidak sampe PESTAN karena kita melihat kondisi Nindy, sambil nunggu tenda dibuat sebagian dari kita ada yang ngemil - ngemil supaya menjaga perut tetap terisi. Jam 17.30 tenda siap, dan dibangun 4 tenda dengan 1 tenda sebagai dapur, Gua satu tenda dengan bokap, aa dan Yoshel (sekarang dia kelas 3 SMA di 28 Jakarta). Ok lah malam itu kita semakin tau sifat aslinya masing - masing terutama mba Fitri yang GACOR sekali. Malam itu kita isi dengan makan malam, ngobrol dan saling share - share kegiatan kita. Dan akhirnya kita tidur sekitar jam 22.00 untuk persiapan summit attack dini harinya.
Kondisi pos III saat baru sampai
Plang penanda Pos II






26 Maret 2017

Jam 01.00 bagian tenda gua bangun dan bangunin bang Condet, tapi kata dia Summit attack dilakukan jam 03.00, Ok jadi 2 jam gua isi dengan tidur - tidur an di tenda sambil adaptasi cuaca. Singkat, kita mulai jalan jam 03.30 dengan udah makan bubur dan minum teh. Tapi gua rasa cuaca pagi itu kurang bersahabat, cuaca masih berkabut dan pandangan sangat terbatas, pendakian tetap dilanjutkan dengan kondisi cuaca yang seperti itu, Sampe 15 menit sebelum di Pasar Watu, kabut perlahan ilang dan MAY GAD Sindoro dengan gagah nya berdiri di depan hadapan gua. Pendakian tetep terus dilanjutin jam 06.30 sampe di Watu Kotak, dan yang tidak diinginkan terjadi lagi. Tiba - tiba badai datang lagi, dengan kencangnya. Ok mutusin break sebentar karena cuaca udah gak memungkinkan banget disini, buka Fly Sheet dan keluarin kompor buat bikin teh dan mie instan untuk angetin badan hindarin dari hipotermia. Suhu di Watu Kotak waktu itu kisaran 10 - 15 derajat celcius. Kita tunggu sampe jam 08.30 cuaca bener - bener ga bersahabat, sambil kalo ada pendaki yang baru turun dari atas juga rata - rata bilang "Di atas badai mas, bahaya" seperti itu kira - kira. Sampai akhirnya kita milih turun lagi ke tenda karena bener - bener gak mendukung. Jam 09.00 mulai turun dan 10.30 sampe di tenda dan mulai rapih - rapih buat persiapan turun.
Watu Kotak

Sekitar jam 13.00 kita baru start trekking ke basecamp dengan kondisi perut yang sudah terisi karena makan siang. Saat itu turun tim agak mencar, gua di depan, tapi kedua leader dan bang Alif sekitar 10 menitan di belakang. Sampai pos 1 lagi sekitar jam 17.00 dan gua, Aa, Bokap, Bang Mukhlis dan Yoshel memutuskan untuk jalan ke basecamp. Sisanya naik ojek dengan biaya Rp. 20.000. Gua memutuskan jalan yang pasti karena perjalanan turun lebih cepat dibanding perjalanan naik. Gua sampe basecamp sekitar jam 18.05 yang sebelumnya didahului bang Mukhlis dan AA. Sedangkan bokap dan Yoshel sekitar 5 menitan di belakang gua. Di basecamp gua rapih - rapih dan istirahat untuk pendakian besoknya di kembarannya Sumbing dengan harapan bisa muncak di hari spesial.

Ok, itu catatan perjalanan di Gn. Sumbing. Satu pesan dari gua kalo kalian mau mendaki "Uang mungkin bisa dicari, tapi tidak dengan nyawa" maksudnya adalah kita harus menyesuaikan kondisi kita dengan alam, seandainya cuaca badai dan tidak memungkinkan untuk mendaki lebih baik kita urungkan niat untuk meneruskan perjalanan daripada kita harus membahayakan diri dan membahayakan nyawa diri sendiri. Lebih baik kita balik lagi lain waktu karena uang yang membawa kita ke setiap pendakiain itu bisa dicari sob.


Persiapan SUMMIT
View Gn Sindoro dari Gn Sumbing.











Pendakian kali ini gua gagal sampe puncak, berarti gua ngutang sama Sumbing dengan harapan gua bisa kembali lagi dan bayar utang itu nanti. Karena setiap utang itu harus dilunasi dan sebagai lelaki, mari kita lunasi utang - utang kita. So Sumbing I,ll be back !

Sampai jumpa di pos selanjutnya tentang pendakian di kembarannya si Sumbing.

 Badai mulai datang 20 menit sebelum Watu Kotak

Gn. Sindoro (lagi)

Waktu Relatif Pendakian Sumbing

24 Maret 2017
15.00 Mepo di terminal Kp. Rambutan
16.30 - 08.00 Perjalanan ke terminal mendolo Wonosobo

25 Maret 2017
09.30 - 11.30 Perjalanan ke Basecamp Garung
12.30 - 17.00 Trekking ke pos 3
18.00 - 22.00 Acara bebas, makan malam, dll
22.00 - 03.00 Istirahat

26 Maret 2017
03.00 - 03.30 Bangun persiapan summit attack !!
03.30 SUMMIT ATTACK
06.30 - 09.00 Terjebak badai di Watu Kotak (2763 Mdpl)
09.00 - 10.30 Memutuskan kembali ke tenda karena tidak memungkinkan
13.00 - 18.05 Trekking ke basecamp garung
18.05 - xx.xx Menetap sementara di basecamp


Rumah Tercinta, 5 April 2017