Rabu, 20 September 2017

Sekarang, Malah Hal Itulah yang Aku Rindukan

Selamat Malam 1 Muharram , semoga tidak sendu. Malam ini gua kembali, dengan tulisan - tulisan baru. Bicara rindu? Rindu itu fana, semua orang bisa rindu, pada apapun, orang tua contohnya. Tapi gua bukan mau membahas kedua orang tua gua disini. Hal yang lain, penasaran? Gausah gitu.

Detik ini, nama gua masih sama Imam Panji, gaada penambahan atau pengurangan di dalamnya. Di pos - pos gua sebelumnya gua udah ubek - ubek diri gua dan hobi - hobi gua. Sekarang, bisa dibilang gua pemuda yang suka alam, entah gunung, pantai atau apapun yang berbau alam, gua suka. Diantara mereka gua pernah bilang, gunung yang paling sering gua kunjungin dan gua punya alasan tersendiri akan hal itu. Di puncak gua lebih ngerti apa itu hidup, naik gunung bikin gua ngerti apa itu perjuangan dari bawah, dan naik gunung juga bikin gua ngerti di puncak (kesuksesan) itu cuma sementara. Ngomongin gunung, ada hal yang malah bikin gua inget, kejadiannya 2 tahun lalu.

2 tahun lalu, tepatnya awal tahun 2015, tepatnya lagi tanggal 2 Januari, gua lupa jam berapa tapi waktu itu matahari masih menampakan diri. Tahun itu gunung pertama gua yang gua daki, Papandayan, Garut, Jawa Barat. 2622 ketinggiannya katanya cocok buat pendaki pemula kayak gua waktu itu. Berangkat dari Bintaro tanggal 1 dini hari, mulai pendakian tanggal 2 saat matahari keluar menyinari bumi. Kawah, hutan, batu, pasir, sedikit kaget sama medan yang kayak gitu mungkin karena gunung pertama gua. Dan satu hal yang gua inget, kurang lebih 1 jam sebelum sampai Pondok Salada ada yang ngomong sama gua, gua lupa yang ngomong itu antara mas Heggy atau om Suing, itu panggilan yang sering dipake buat manggil mereka, memang begitu. Tiba - tiba gua diceletukin "cot gendong tas (carrier) gua nih" cot? Itu panggilan buat gua dari mereka, entah asalnya darimana. Umur gua waktu itu 14 tahun dan gua geleng kepala liat carrier ukuran 60/70 liter waktu itu gua kurang yakin. Gua bales "ogah mas pegel" waktu itu gua cuma pendaki ikut - ikut an yang naik bawa ransel yang gua pake sekolah. Gatau kenapa waktu itu gua nolak bawa carrier, mungkin karena ukurannya yang besar atau gua yang terlalu kecil? Entah.

Setelah kejadian itu, gua emang belom pernah gendong carrier sampe tahun selanjutnya. Tahun 2016, bulan Mei disitu detik pertama gua gendong carrier ukuran 60 liter, Merbabu tempatnya. Dan benar, pegel. Tapi gua gakapok, akhirnya gua berkesempatan lagi gendong carrier di tahun selanjutnya lagi, bulan Maret, Sumbing Sindoro, 2 gunung langsung. Dan terakhir gua gendong carrier gua bulan Juli lalu, Gede jadi saksinya, malah waktu itu, gua gendong sampe puncak carrier gua. Waktu begitu cepat memang, 2015 gua geleng kepala untuk gendong carrier ukuran segitu, takut pegel kata gua. 2016 gua gendong carrier pertama kali, pegel, tapi ga kapok, sampe akhirnya gua gendong carrier gua lagi di 3 gunung selanjutnya. Dulu gua nolak gendong carrier, namun sekarang? Malah hal itulah yang gua rindukan. Pegalnya, beratnya, besarnya. Gapernah buat gua kapok buat gendong dia, seberapapun jauhnya.

Bicara hal yang gua rindukan ada satu hal lagi untuk hal itu. Tahun lalu, seorang perempuan pernah bicara dan mungkin sering ke gua "Gaada yang mau nanti cewe sama lu" mungkin dia ngomong kayak gitu karena beberapa sifat yang gua lakuin ke dia. Mendengar nya agak serem si, disumpahin gua, tapi yasudahlah. Gua juga sering bilang ke dia "gaada yang mau nanti cowo sama lu" mungkin karena hobinya dia, apa hobinya dia? Mukulin gua, nyubit tangan gua, remes - remes tangan gua, dan hal terkaget yang gua gasangka, dia pernah gigit gua, itu hobi dia. Dan gua juga gamati digituin, masih hidup sampe tulisan ini gua buat. Dan bodohnya kita apa? Kita kemakan omongan kita sendiri. Akhirnya omongan perempuan itu gabener bahwa gaada yang mau sama gua. Omongan gua juga gaterbukti, karena sialannya ada yang mau juga sama dia. Dan namun sekarang, malah hal itu juga yang gua rindukan.

Bicara rindu lagi, setiap orang punya rindunya masing - masing. Saran gua, setiap kali kalian punya kesempatan untuk membayarnya, bayar lah sebelum kalian nyesel. Cari hal - hal yang sekarang malah kalian rindukan, jika kalian punya kesempatan, kalian bayar secepatnya. Itu aja sih. Sekali lagi, selamat malam 1 Muharram , semoga tidak sendu.

Any Request? Comment or call me.

Di Rumah

Tertanda,
Bumi kepada Bulannya. 

Selasa, 19 September 2017

Yang Kembar Saja Kudaki : Gunung Sindoro

Ok sob, balik lagi sama gua nih, Imam Panji. Yang menawan dan baik hati, eitssss. Ga ga, tidak boleh takabur. Di pos ini ada pos tentang kembaran dari Gunung Sumbing yaitu Gunung Si(Ndoro). Tapi, sebelum kalian baca ini lebih baik kalian baca perjalanan di Gunung Sumbing  terlebih dahulu disini daripada nanti kalian bingung karena gabaca dari awal perjalanan.

Perlu kalian ketahui juga, Gunung Sindoro terletak persis di sebrang Gunung Sumbing, menjulang dengan ketinggian 3153 Mdpl di tanah Jawa yang perkasa. Gunung Sindoro memiliki ketinggian yang lebih pendek dibanding Gunung Sumbing tapi hiraukan hal itu, setiap gunung punya cara masing – masing untuk membuat manusia takjub akan dirinya.

Seperti yang gua bilang, pendakian ini gua langsung menjajal 2 gunung yang kebetulan letaknya sangat – sangat berdekatan. Pada tanggal 25 dan 26 Maret 2017 gua udah mendaki di Sumbing dan di tanggal berikutnya 27 dan 28 Maret 2017, I came for you Sindoro.

Jadi tanggal 26 setelah turun dari Gunung Sumbing di sore hari, kami memutuskan untuk menginap di basecamp Garung baru besok paginya melaksanakan perjalanan ke Basecamp Kledung. FYI, Kledung sama seperti Garung, Kledung adalah desa terakhir sebelum melakukan pendakian Sindoro via Kledung.
Gunung Sindoro dari basecamp Garung


27 Maret 2017
Rencana keberangkatan dari Garung ke Kledung adalah jam 08.00 tapi gua udah bangun jam 06.30 waktu itu. Pas bangun, matahari bersinar dan puncak Sindoro keliatan dari Garung. Yang ini baru namanya Good News !!! Karena masih ada waktu 1 setengah jam sebelum ke Kledung lebih baik waktu itu dimanfaatkan untuk kegiatan yang berguna. Jadi, 1 setengah jam itu gua pake buat sarapan, mandi (ga sabunan pastinya, dingin gaes), terus karena cuaca pagi itu cerah sekali jadinya barang – barang yang digunakan di pendakian Sumbing dijemur terlebih dahulu supaya tidak terlalu basah. Karena waktu di pendakian Sumbing kami kehujanan sepanjang  pendakian. Tapi bener aja, berangkat ngaret lagi yaitu mulai ngepak ke dalem mobil jam 09.20. Jam 09.30 kami mulai perjalanan ke basecamp Kledung. Bagi kalian yang ingin melakukan pendakian Sindoro – Sumbing jangan khawatir jarak basecamp keduanya hanya 10 menit berkendara. Dikarenakan faktor logisitik jadi sempet berhenti sekali di minimarket untuk beli keperluan di atas baru menuju basecamp.

Sampe basecamp yang dilakukan sama, urus perizinan dan ternyata ada satu hal yang diingatkan oleh pihak basecamp “Kalo ada yang lagi berhalangan jangan muncak ya mas, cukup sampai pos 3 aja” kalimat itu diucapkan pihak basecamp ke leader kita Bang Bahrun. Dengan sigap bang Bahrun nanya ke tim, dan bener aja ternyata Mba Fitri masih berhalangan. Tapi Mba Fitri bersikeras ingin muncak dan menemui pihak basecamp. Setelah bernegoisasi ternyata dibolehkan dengan syarat Mba Fitri harus mandi dulu. Daripada nunggu mba Fitri lama jadi bang Bahrun memutuskan tim jalan duluan kecuali Bang Bahrun, Bang Alif, dan Mba Fitri supaya bisa menghemat waktu. Dari basecamp Kledung juga tersedia jasa ojek yang tarifnya Rp 15.000 sampai pos 1 dan Rp. 25.000 sampai pertengahan pos 2. Tim yang jalan duluan memutuskan untuk naik ojek sampai pos 1 saja, dikarenakan juga masih punya banyak waktu untuk trekking ke pos 3 (Camping Area). Sekitar 15 menit perjalanan dan sampai di pos 1 langsung dilakukan brifing sama Bang Condet selaku leader dan tidak lupa berdoa. Lalu mulailah kita mendaki, belum sampai di pertengahan pos 2 kita bertemu kelompok Bang Bahrun yang sudah menyusul dengan ojek. Jadi, di pertengahan pos 2 tim memutuskan istirahat sebentar baru melanjutkan pendakian.

Menurut gua, karakteristik jalur pendakiannya 11 12 lah sama Sumbing, hanya saja pendakian Sindoro jalurnya lebih sempit jadi harus lebih berhati – hati. Setelah berlelah – lelah melangkah, akhirnya kami sampai di pos 3 jam 13.15. Sesuai rencana langsung bikin tenda, formasi tenda berbeda, di Sindoro kita hanya membuat 3 tenda dengan dapur yang hanya beratap Fly Sheet saja. Dari jam segitu sampai malam yang kami lakukan hanya makan, bercengkrama satu sama lain dan pastinya berdoa agar kami direstukan ke puncak Sindoro kala itu. Gua tau puncak itu cuma bonus, dan tujuannya adalah rumah, tapi gapernah salah ketika kita ambil bonusnya selama memungkinkan sob. Jam 22.00 kami satu persatu mulai tidur untuk persiapan SUMMIT ATTACK dini harinya yang rencananya akan dimulai jam 03.00.
Suasana pos 1 sebelum pendakian
Kemesraan yang terjadi saat mendaki menuju pos 3
Suasana pos 3


28 Maret 2017
Inilah hari penentuan dan hari spesial yang ke – 16. Gua rasa untuk hari spesial gaada yang tau kecuali bokap dan AA, karena yang lain baru kenal gua. Lanjut, bangun telat yang rencananya jam 03.00 jalan tapi malah jam segitu baru bangun, jadi kami harus sigap karena kami juga mengejar bus balik ke Jakarta jam 16.00. Dengan segala persiapan kami berangkat jam 03.30 yang didahulukan brifing dan berdoa, estimasi SUMMIT attack dari pos 3 adalah 3 – 4 jam tergantung kecepatan jalan. Di perjalanan menuju puncak kita akan banyak melihat banyak pohon lamtoro di kiri kanan kita, gua gatau kenapa padahal di lagunya itu banyak pohon cemara, cuma tak apalah. Sebelum mencapai puncak pendaki bakal melewati satu pos lagi yaitu “Pos 4, Batu Tatah”. 2 jam pendakian langit mulai memerah, penanda bahwa surya akan datang. Perlahan juga Sumbing menunjukkan kegagahannya di belakang, view inilah yang membuat si Gunung Kembar ini juara daripada kalo gunung lain kalo tentang view. Di SUMMIT attack sesekali bang Condet semangatin kita dengan kalimat “Kalo capek nengok atas aja sob” maksudnya adalah nengok atas itu puncak udah nungguin kita di atas, ayo sedikit lagi gitu. Bau belerang makin kecium, makin pusing, kenapa belerang ? Karena Sindoro adalah gunung yang memiliki kawah masih aktif sehingga bau belerang masih tercium. Tapi itu salah satu tantangannya, dari belerang setiap orang itu bisa pusing, atau bahkan sesak pernapasan. Maka gua sarankan di setiap pendakian bawa masker / buff untuk menutupi hidung dari bau – bau seperti belerang ini, karena kalo terhirup secara langsung juga sangat berbahaya. Tepat jam 07.00 suara aktivitas kawah dan suara gemuruh pendaki yang lain terdengar, perlahan terlihat jaket mereka, bendera merah putih. ALHAMDULILLAH, Alam mengizinkan kami mendapatkan puncak Sindoro kali itu.

WE ARE, WE ARE !!!
Satu persatu temen – temen dateng di belakang, setelah semua kumpul ternyata ada pembagian doorprize yang berupa satu buah kaos untuk satu orang, Bang Con ngomong “Kaos ini bakal gua kasih ke orang yang paling kocak diantara kita semua” langsung dah bang Con kasih ke Nindy, setelah itu dia ngomong lagi “1,2,3 SINDORO ! (dengan teriak)” dan yang lain seperti udah punya rencana dan langsung nyanyi selamat ulang tahun, selamat ulang tahun. Wah disitu gua ganyangka bakal dapet kejutan dari mereka yang notabene baru gua kenal 4 hari yang lalu dari hari itu, dan akhirnya kaos yang tadi dikasih ke Nindy ternyata Nindy kasih lagi ke gua. Gua sempet terharu disitu, pertama terharu karena gua bisa ngerayain hari spesial itu di ketinggian 3153 MDPL apalagi bersama ayah yang sudah berkepala 4 tahun ini, kedua terharu karena dapet kejutan dari keluarga baru gua. Di puncak kita ambil foto – foto sampai jam 08.00 dan jam 08.00 kita mulai perjalanan turun ke tenda. Jam 10.50 gua udah sampe di tenda didahului Yoshel dan Aa yang udah mulai ngepak untuk pulang, sisanya nyusul di belakang.
Hadiah dari temen - temen, and ini yang namanya Nindy
W/ Kampret

Setelah semua kumpul, tenda di beresin, carrier di beresin dan kemudian makan siang. Sebelum perjalanan turun dilakuin brifing terakhir dan gua inget satu kalimat lagi dari bang Con “Kalo ga gila emang gagitu, belajar gila aja di gunung, tuh gua dapet kaos kan” dia ngomong gitu karena dia berkesempatan tukeran kaos sama satu pendaki dari Bandung yang bahkan dia baru kenal di Sumbing dan itulah keistimewaan mendaki. Jam 11.45 brifing selesai dan mulai perjalanan turun, sampai pertengahan pos 2 jam 13.30 dan banyak ojek yang menawarkan jasa ke basecamp dengan tarif yang sama seperti naik, gua dan Aa mutusin untuk jalan kaki lagi dan sisanya naik ojek. Gua ama Aa agak jalan cepet karena kita tau bus udah nungguin kita. Sampe basecamp jam 14.15 dan alhamdulillah masih ditungguin. Jam 14.30 kita mulai pamit dari kedua gunung ini, mulai perjalanan ke terminal Mendolo karena tujuan itu rumah sob. Sampe terminal jam 15.15 dan masih ada waktu untuk makan dan bersih – bersih badan dulu. Masuk bus jam 16.00 tapi baru on the way jam 16.30, kami sampai di terminal Kp Rambutan besok paginya jam 04.00 dan saling bersalaman karena ini perpisahan dari pendakian kali ini setelah 5 hari bersama. Dan gua sama Aa langsung sekolah hari itu juga karena ada UTS, gua ke rumah Aa dan mandi disana, karena jika pulang terlalu jauh dan nanti malah gabisa sekolah.


Jadi, itulah catatan perjalanan di Gunung Sumbing – Sindoro 24 – 28 Maret 2017. Banyak pelajaran yang bisa gua ambil dari mendaki, bagaimana kita mengambil keputusan, berbahagia karena hasil yang kita capai, mengerti arti apa itu kebersamaan. Masih banyak lagi sebenernya, dan ini bakal jadi cerita, buat siapapun. Mendaki itu bukan sekedar perjalanan mencari puncak sejati bagi gua, mendaki itu perjalanan hati. Kalo kata ayah “Shalat itu bukan cuma yang 5 waktu, mendaki itu juga shalat, karena mendaki kita juga ibadah bagaimana cara bersyukur dan menikmati karunia-Nya”.
Di pos ini gua juga mau ucapin terima kasih kepada Allah SWT, keluarga baru gua yang gua dapat di trip kali ini, kedua orang tua tercinta yang sudah mendukung, tim Theater Adventure yang berkenan memfasilitasi dan pihak – pihak lain pokoknya. Selain terima kasih gua juga mau ucapin sama – sama ke Averyl karena di blognya dia bilang makasih sama gua karena diajak mendaki.

Jadi setelah gua pos ini, satu pertanyaan “kapan mau mendaki ?” itu terserah kalian karena passion setiap orang beda – beda. Tapi , jika ingin mendaki jangan pernah rusak alam, jangan rusak gunung yang kita tumpang selama pendakian, karena lihat kejadiannya di pendakian gua, ketika di Sumbing ada 1 orang yang ternyata berhalangan ternyata alam tidak merestui, saat di Sindoro ketika sudah tidak berhalangan alam merestui kami. Jadi, gunung itu punya cara tersendiri bagaimana membalas perbuatan pendaki – pendaki yang buang sampah sembarang, corat – coret di batu atau di plang pendakian. Kalo kalian masih lakuin itu sadar sob itu perbuatan norak ! Sekian ok sob ? Iya sekian toh ceritanya udah selesai. Santai dan Terpelajar.

Waktu relatif pendakian Gunung Sindoro

27 Maret 2017
09.30 – 09.50 Perjalanan ke Kledung dari Garung
10.00 – 01.15 Trekking menuju pos 3
01.15 – 22.00 Acara bebas, makan, bercengkrama.
22.00 – 03.00 Istirahat

28 Maret 2017
03.30 – 07.00 SUMMIT ATTACK
07.00 – 08.00 Enjoy puncak, foto – foto.
08.00 – 10.50 Perjalanan kembali ke tenda.
10.50 - 11.40 Re – pack, makan siang.
11.45 – 14.15 Trekking menuju Basecamp
14.30 – 15.15 Perjalanan menuju terminal Mendolo
16.30 – 04.00 Perjalanan kembali ke Jakarta dan pendakian selesai.

Ambil yang perlu diambil, buang yang tidak terpakai !

Rumah Tercinta, 7 April 2017