Selasa, 31 Juli 2018

Tak Ada yang Tak Kembali


Ya ya, tak ada yang tak kembali. Termasuk Aku dan Kami, yap betul gua yang kembali dengan tulisan di blog ini setelah sekian lama termenung dalam kesibukan belajar mengajar. Dan Kami yang kembali ke hakikatnya kami, Jelajah Indonesia.

You know, siapa yang melakukan perjalanan ini kalau bukan pelajar – pelajar gila yang obsesi sama perjalanannya itu luar biasa. Langsung lah, berisik.

Awal mulanya dari akhir Juni, di percakapan WhatsApp antara gua dan ayah. Waktu itu ayah share artikel tentang gerhana bulan total terlama abad ini yang ditambah dengan kalimat “Momen yang pas untuk ke Ciletuh”. Saat itu gua ok in juga rencana ayah, dan gua langsung ajak temen – temen untuk ikut perjalanan ini di tanggal 28 – 29 Juli 2018. Sebulan berlalu, singkatnya hanya gua, Mulyaji, Lascha, Yoga, Jusak, dan Iam yang bisa ikut jelajahi Ciletuh, yaudah ok kita berangkat ditambah anggota lain yaitu Ayah, Bunda, dan Cantika. Estimasi perjalanan kurang lebih 5 jam waktu tempuh dengan jarak kurang lebih 150km an. Target kita dari Geopark Ciletuh adalah Puncak Darma, Curug Sodong, dan Pantai Cimarinjung. Ok skip.

Penampakan bersama kendaraan tempur.
Perjalanan dimulai sekitar jam 00.30 WIB seperti biasa perjalanan yang selalu diawali dengan doa kepada Tuhan yang Maha Kuasa supaya diberi keselamatan hingga kembali. Perjalanan terus dilaksanakan sampai masuk waktu shubuh, di sela – sela perjalanan jam 00.30 – 04.30 diselingi beberapa kali berhenti karena kebelet pipis atau sekedar liat google maps untuk mastiin jalan dan tentunya di temani oleh sang gerhana bulan yang merah kejinggaan. Jam 04.30 kita berhenti di pom bensin terakhir yang kita lewatin sebelum melanjutkan perjalanan. Jarak dari pom bensin itu sampai ke Geopark Ciletuh kira – kira 50 km an, jadi penting untuk kalian yang mau ke Ciletuh untuk berhenti di pom bensin ini dan menuhin tangki bensin kalian supaya ga mogok di tengah jalan.

Muka - muka gembel karena kelelahan.

Sang gerhana bulan, yang katanya terlama abad ini.
Setelah dari pom bensin ini, perjalanan benar – benar salut dan menengangkan, awalnya kita dimanjakan dengan jalan yang landai dan menyusuri pinggir pantai, tapi suasana jalan seperti itu tak kami nikmati lama, setelah itu jalan berubah menjadi menanjak, menurun, dan berkelak – kelok. Yang perlu kalian ketahui tanjakan dan turunan sepanjang jalan itu bisa mencapai kemiringan 60 – 70 derajat. Sampai motor Mulyaji dan ayah sempet nurunin penumpangnya satu kali karena gakuat nanjak. Perjalanan terus dilanjutkan dengan kondisi jalan yang sama. Dan jam 06.30 kami sampai di target pertama “Puncak Darma”. Puncak Darma adalah punggungan bukit yang letaknya sangat “ciamik”. Karena dari sini kalian bisa melihat indahnya Teluk Ciletuh dan perkebunan di depan mata kalian, jadi spot ini sangat cocok untuk foto – foto dan nikmatin keindahan Geopark Ciletuh dari atas, Kalo kata anak – anak HT, view dari sini mirip kayak di Labuan Bajo atau Sumba Timur, yang bahkan kita belum pernah kesana.
SUKABUMI PUNYA.



Persis kayak labuan bajo -HT
Kira – kira sampai jam 9 di Puncak Darma yang udah dinikmatin dengan foto – foto dan sarapan, perjalanan harus dilanjut dengan motor kembali ke Curug Sodong Kembar. Sebenarnya jarak dalam km nya tidak terlalu jauh dari Puncak Darma, tapi trek yang dilalui memang masih sama. MENANJAK, MENURUN, DAN BERKELOK. Jadi kita baru sampai di Curug Sodong Kembar jam 10.00. Sampai disana, ternyata Curug Sodong Kembar tidak bisa digunakan untuk mandi, yang entah alasannya apa, tapi yang jelas ada tali pembatas bagi yang mau foto – foto di tepi Curug Sodong Kembar. Sempat kecewa karena gabisa mandi di Curug, akhirnya dapet informasi kalo mau mandi di Curug Cikanteh aja, lokasinya di atasnya Curug Sodong Kembar dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 15 menit an. Setelah trekking dan sampai di Curug Cikanteh, akhirnya kita langsung buka perbekalan dan keluarin tenda untuk kita santai – santai disana. Waktu terus berlalu, dan kita nikmatin nyamannya Curug Cikanteh sampai jam 14.30 dan setelah itu kita kembali ke parkiran dan mengurungkan niat pergi ke pantai dan langsung melakukan perjalanan pulang.


Nikmatnya curug Cikanteh gan.
Dalam perjalanan pulang kita melewati jalan yang berbeda, tak sama seperti yang kita lalui saat berangkat. Jalan yang kita lalui pulang memang lebih jauh 30km, tapi kondisi jalanannya lebih landai dan tidak terlalu curam. Perjalanan terus saja dilanjutkan dan dinikmati walaupun kondisi mata sudah minta tidur dan pantat yang mulai memanas. Dengan diselengi beberapa kali istirahat, akhirnya kami baru sampai rumah gua sekitar jam 22.30, dan yang terjadi ? Ok, badan kita minta tidur semua, sampai keesokan harinya. Dan semuanya baru pulang dari rumah jam 17.00 di hari minggunya. Kami semua pulang membawa motor dan baju yang kotor dan tidak lupa, cerita yang bersih untuk hari nanti.

Ahhhh, mungkin itu yang bisa gua ceritakan dari kembalinya gua hari ini, terima kasih sekali mau membaca. Jangan malas membaca, jangan malas menulis. Itu pekerjaan untuk keabadian.

Sekian, tetap terpelajar.