Seperti yang pernah saya katakan di awal blog ini
terbentuk, saya adalah Imam Panji, entah mengapa jalan hidup saya menjadi
seperti ini sekarang. Saya yang semakin bertambah usia, tumbuh menjadi seorang
pendaki gunung, pengelana, dan juga penulis blog. Tidak semua hal itu serta –
merta saya lakukan tanpa alasan. Banyak pertanyaan yang bunyinya kenapa saya
mendaki gunung, kenapa saya berkendara jauh dengan sepeda motor, atau mengapa
saya menulis. Semua itu tidak ada yang pernah salah, semua orang berhak
melontarkan pertanyaan atas apa yang mereka ingin tahu. Dan saya, akan
menjawabnya.
Dahulu, entah beberapa tahun yang lalu, hidup saya
hanyalah hidup anak sekolah dasar yang tak tau menau tentang apa itu Indonesia,
apa isi negeri ini, dan apa yang harus saya cari. Semua berubah, sesederhana
karena saya berhasil melihat foto yang tercetak di album lawas ayah saya.
Seperti yang sudah pernah saya katakan, hati saya mulai terketuk untuk mendaki
gunung ketika saya berhasil menemukan foto ayah di Mahameru tahun 1999 silam.
Dan sebenarnya tak hanya Mahameru, saya berhasil menemukan foto ayah muda di
Gunung Salak, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, dan Gunung Gede. Ditemukannya
foto – foto itu beriringan dengan pertanyaan yang seperti biasa saya dapatkan “Kenapa
ayah mendaki gunung ?” dan sekarang pertanyaan itu dapat saya jawab sendiri
tanpa perlu ayah menjawabnya.
Entah mengapa sewaktu melihat foto tersebut, hati
saya ingin melakukan pendakian, padahal saat menemukannya saya tidak tahu apa –
apa tetapi memiliki keinginan untuk tahu yang sangat besar, itu kuncinya.
Sampai hidup saya terus berlalu, hidup saya terus berjalan, saya berhasil
melakukan pendakian perdana di Gunung Papandayan, gunung yang tidak akan saya
lupakan, dan terakhir kemarin Lawu sudah saya singgahi dan juga pendakiannya
dilakukan bersama orang yang telah menularkan semuanya “ayah”.
Dan keputusan untuk menjadi seorang pendaki gunung
tidaklah mudah sebenarnya, banyak yang harus dilakukan, termasuk berbohong
kepada bunda sewaktu saya melakukan pendakian di Merbabu tahun 2016. Kategori
itu sebenarnya bukan termasuk berbohong juga, lebih tepatnya telat mengabarkan
bahwa saya akan mendaki. Jadi, setelah tiket kereta di tangan, barulah saya
coba berbicara supaya saya mendapatkan izin untuk berangkat. Dan itu bukan
pengorbanan yang satu – satunya. Pengorbanan yang setiap kali dirasakan mendaki
gunung juga tak kalah hebat, harus menyiapkan fisik yang prima, mental yang siap,
dan tukang urut yang tepat ketika sudah sampai rumah setelah melakukan
pendakian. Karena nyeri di kaki setelah pendakian gunung itu tidak akan hilang
sampai 2 – 3 hari ke depan, tapi itu kalau yang saya rasakan, entah kalau
pendaki lain.
Dan satu tambahan yang mungkin kalian juga harus
ketahui, pendakian ayah di Semeru tahun 1999 adalah pendakian terakhir ayah
sebelum ayah mulai mendaki lagi di tahun 2015, bersama kedua anaknya. Ya,
setelah 16 tahun lamanya.
Ayah di Puncak Gede |
Mahameru 1999 |
Ya mungkin memang seperti itu, banyak hal yang dapat
merubah jalan hidup seseorang, termasuk kalian, saya, orang – orang di luar
sana. Tapi yang perlu diingat, setiap orang punya hal yang berbeda – beda tentang
sesuatu apa yang akan mengubah jalan hidupnya. Dan menjadi orang yang berubah
setelah melihat sebuah foto bukanlah hal yang salah menurut saya. Dan kalian
semua juga tidak harus berubah setelah melihat foto orang tua kalian di masa
lalu, karena kalian juga punya hal lain yang tidak mungkin sama juga dengan
saya, atau mungkin ada yang sama ?
Ok, mungkin sekian dulu tentang cerita yang
sekarang. Mungkin kalian juga bisa membagikan kisah kalian di kolom komentar
tentang apa – apa yang telah berhasil merubah jalan hidup kalian. Demikian
kisahnya. SEBARKAN !
Tetap terpelajar,
-Imam Panji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar