Bagi kalian yang ingin tetap membaca dan ingin intropeksi
diri, silahkan kalian baca tulisan ini sampai selesai. Atau mungkin jika kalian
takut mengeluarkan air mata kalian boleh pergi dan tekan tombol kembali
kemudian kembali membuka akun sosial media kalian. Karena jujur saja, suasana
tulisan ini akan jauh berbeda dari 2 part cerita tentang Surakarta yang sudah
saya suguhkan. Sudah siap ? Kita mulai.
Sederhananya, tulisan ini tercipta karena satu pertanyaan
yang sederhana di benak saya, tapi saya yakin jawabannya begitu rumit.
Pertanyaannya sama dengan judul tulisan ini “Negeriku, Kenapa ?”. Ya begitulah
tulisan ini tercipta.
Jika kita tarik waktu bersama beberapa bulan ke belakang,
negeri ini sedang berantakan dan sedang kacau. Yang kita tahu, beberapa waktu
terakhir negeri ini penuh sekali dengan bencana. Dimulai dari Lebak Banten,
diikuti Lombok, kemudian hutan di gunung – gunung pulau Jawa yang terbakar,
jika direkap ada Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Andong, Gunung Wilis,
dan yang terparah adalah Gunung Lawu. Mungkin itu yang saya ketahui, jika ada
gunung yang terlewat berarti itu salah saya yang minim informasi. Tak sampai
disitu, beberapa hari lalu, Gunung Kerinci erupsi, Palu dan Donggala dilanda
gempa dan tsunami, dan kemarin pagi, Gunung Soputan di Minahasa, Sulawesi Utara
juga ikut meletus. Di hari yang sama, Gunung Anak Krakatau yang ada di Selat
Sunda, Selat yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra juga ikut “batuk”
yang menyebabkan aliran lavanya sudah sampai ke pantai dan statusnya dinaikkan
menjadi waspada level 2. Dan yang sangat terbaru, tadi siang Waktu Indonesia
Timur, Gunung Gamalama di Ternate erupsi dengan asap setinggi 250 meter. Tak
ada habisnya.
Itu mungkin bencana yang berkaitan dengan alam, tetapi di
bidang lain ? Maaf, belum selesai. Di bidang ekonomi, kita tahu mata uang kita
tercinta “Rupiah” sempat anjlok menyentuh Rp15.000 / Dollar AS, dan itu adalah
rekor kekuatan rupiah terburuk sepanjang sejarah. Selain ekonomi ? Ya ADA ! Kejadian
tewasnya suporter sepakbola yang dikeroyok tanpa peri kemanusiaan juga tak
boleh kita lupa.
Semua kejadian ini terjadi begitu berurut, dan tak kunjung
surut. Seperti sinetron yang memiliki banyak episode di televisi, begitu juga
kondisi negara kita terkini. Setelah satu bencana muncul, esok harinya muncul
bencana baru. Terus seperti itu. Rentetan bencana ini, terjadi bukan tanpa
alasan, PASTI ADA YANG SALAH. Tetapi sulitnya, saya juga tak tahu apa yang
sedang salah di negeri ini, yang pasti MANUSIANYA. Mungkin ini pertanda, bahwa
kita memang harus bertobat, sebelum nantinya matahari sudah terbit di barat,
kita harus pergi dari maksiat, karena itu satu – satunya jalan yang bisa
membuat Indonesia selamat.
Jika kalian kenal Ebiet G Ade, salah satu musisi di
Indonesia. Di salah satu lirik lagunya terdapat kalimat “Mengapa di tanahku
terjadi bencana ? Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu
salah dan bangga dengan dosa – dosa. Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan
kita.” Apakah karena dua hal itu ? Mungkin iya, mungkin juga tidak. Mungkin
alasannya lebih rumit dari dua hal itu.
Mungkin negeri ini tidak dapat berbicara dan memberi tahu
seperti apa kondisinya sekarang. Dia tak bisa juga menangis, tertawa, atau
apapun yang mencerminkan perasaannya. Tapi, dengan segala bencana ini, apakah
kita peka ? Apakah kita belum bisa menyimpulkan bagaimana keadaannya ?
Seperti yang kita ketahui pula sedari jenjang Sekolah Dasar,
Indonesia memang terletak di antara lempeng tektonik yang aktif dan memang
berada di kawasan Ring of Fire (Cincin
Api). Yang mengakibatkan, Indonesia rawan terkena bencana. Tapi, dengan
sekelumit bencana ini, apakah letak Indonesia yang menjadi masalah ? Mungkin
tidak. Ini pertanda, bahwa ada yang harus dibenahi sebelum semakin salah. Dan
jangan mempermasalahkan posisi Indonesia, karena, menurut saya ini adalah
sebuah teguran kecil tetapi sedihnya banyak yang belum menyadarinya.
Kemudian, mirisnya, negeri ini memang tak punya mulut
seperti layak manusia yang tinggal di dalamnya. Tapi tak memiliki mulut bukan
berarti negeri ini tak bisa berteriak dan berdemonstrasi. Ini adalah bentuk
demonstrasi Indonesia yang mungkin menuntut untuk diperhatikan dan lebih
dikasihi.
Mungkin sekian penjabaran mengenai apa - apa yang terjadi di Indonesia belakangan ini, maaf sekali kalau tulisan ini terlalu berbobot. Tapi tujuan saya satu, supaya kita saling introspeksi diri.
Jadi, pertanyaannya untuk kalian ada di kolom judul tulisan
ini “Negeriku, Kenapa ?”. Bagi kalian yang punya pendapat tentang mengapa
Indonesia kini, silahkan kalian cantumkan pendapat kalian di kolom komentar
karena saya yakin setiap dari kalian punya hal yang ingin diungkapan masing –
masing tentang Indonesia kini. Jika kalian rasa tulisan ini perlu dibaca oleh
banyak orang lagi, tak ada salahnya kalian sebarkan.
Oke sekian dulu, salam terpelajar, sampai jumpa lagi.
-Imam Panji
Mungkin negeri ini sudah diambang hancur, baik dari rakyat, maupun pemerintah sudah sedikit yang membangun pondisi negara ini. Dengan mudahnya kita terombang-ambing menjadi bagian dari perang politik yang ada saat ini. Dan dengan mudahnya juga kita terbawa hawa nafsu duniawi, mungkin Anda benar. Ini adalah sebuah teguran. Pemerintah maupun rakyat sudah congkak. Tapi yang soal rupiah itu, ada alasannya kok kenapa dia naik, wkwkw. Capek berpuitis saya.
BalasHapusTerimakasih sekali, pemikiran kawan hebat walaupun saya jadi menerka - nerka nama kawan. Sukses terus, bangun Indonesia menjadi lebih baik!
Hapus